Hujan pun tak kunjung reda. Bahkan sepertinya badai di luar sana makin menggila. Suara pohon yang makin tekoyak terdengar sangat jelas. Inilah sesuatu yang disebut “alam yang meluapkan emosi”.
16.30
Harusnya Azizah sudah sampai di rumah. Tapi entah apa yang membujuknya untuk menuju ke kedai kopi yang sedang Booming itu. Padahal sebelumnya belum pernah ia datang ke kedai kopi. Bahkan mencoba mmerasakan kopi saja sebelumnya belum pernah.
Dengan pede-nya ia melenggang masuk menuju meja pelayan. Di sebutnya sebuah menu yang di sebut Caramel Machiato. Setelah membayar ia bergegas menuju sepasang meja dan kursi yang ada di pojok kedai.
Dari sana ia bisa memandang leluasa keadaan kota yang diguyur hujan. Orang – orang berlarian hilir mudik menghindari terpaan hujan yang mulai bersahabat. Sepasang kekasih yang sedang meneduh di bawah atap sebuah ruko tua. Seorang ibu yang sedang menuntun anaknya melawan hujan di bawah naungan payung berwarna biru.
“romantis, indah, unforgetable”, gumam nya dalam hati.
Sesaat kemudian otak di kepala nya memutar banyak adegan-adegan dalam perjalanan hidupnya selama ini. Ketika ia bersama sang bunda. Ketika ia sedang bermain dengan riangnya bersama teman-temannya. Ketika ia merayakan ulang tahunnya yang genap berusia 17. Ketika ia dengan riangnya berteriak “YES !!” ketika ia dinyatakan lulus dari kampus. Dan, ketika ia sedang berteduh di bawah atap kanopi sebuah kedai kopi dan bertemu dengan seorang pria yang bisa membuatnya jatuh cinta dalam 15 menit.
Tiba-tiba saja air matanya mengalir pelan di pipinya. Sebelum sampai pada lesung pipinya, buru-buru ia menyeka air mataitu.
-------------------------------------------------------------
-CAFE BENGAWAN SOLO open 24 hours- ( 5 tahun yang lalu )
“kenapa harus kehujanan sih ?!”, pekik Azizah.
“hadohhhh, mana bisa ke kampus kalo lepek gini ?! Tega banget sih hujannya. Turun kok gak bilang-bilang dulu. Kalo bilang kan, gue bisa siap-siap dulu. Minimal sms kek ?!”, gadis itu menggerutu makin tak tentu.
Tiba-tiba pria di sebelahnya menyahut, “mungkin hujannya lagi kehabisan pulsa mbak, nyari wartel jauh. hehehe.”
“hahaha. bisa aja si mas.”, balasnya.
“kalo mau ke kampus, ini saya ada stok kaos kering di tas.”, pria itu menawarkan kaos yang telipat rapi.
“tenang, steril kok. Gak ada sumber panu atau penyakit kulit lainnya. Soalnya baru saya beli tadi. hehehe”, lanjut pria itu.
“wah, yakin nih gak apa apa ? terus saya ngembaliin nya gimana ?”, Azizah bingung.
“Suatu saat kita akan ketemu lagi. Kalau memang ditakdirkan kaos itu untuk saya, akan kembali ke saya. Jika bukan, ya rezeki anda”, pria itu menjelaskan.
“Saya Azizah”
“Saya Rizki. Nama yang hebat”, sahut Rizki.
“nama kamu juga bagus, mudah-mudahan rezekinya juga banyak. amin”, Azizah menjawab.
Setelah 15 menit menunggu akhirnya hujan pun memberi mereka kesempatan untuk segera beranjak dari tempat itu. Melanjutkan pekerjaan yang mereka tunda selama 15 menit.
--------------------------------------------------------------
Setengah Jam Azizah menunggu hujan reda di dalam kedai kopi. Sesuai dugaan, sedikitpun Caramel Machiato-nya tak tersentuh. Ia hanya membeli agar dapat berteduh di dalam kedai kopi.
Setelah puas dengan flash back nya, Azizah mengeluarkan telepon genggam dari tasnya. Dengan cekatan ia ketik sebuah pesan singkat. Setelah itu ia kembali menaruh telepon genggamnya di dalam tas. Lalu, ia keluarkan sebuah kertas diagnosa dari rumah sakit. Di surat itu tertulis :
ALZHEIMER’S DISEASE (POSITIVE)
Airmata pun kembali mengalir perlahan di pipinya. Kembali dengan cekatan pula ia menyeka air matanya. Di luar, hujan sudah mulai reda. Samar-samar Azizah melihat pelangi di kejauhan dari balik jendela kedai. Dan, ia pun menyimpan sedikit senyum di balik wajahnya.
“Ibu, aku tahu kau memberiku nama Azizah bukan dengan tanpa alasan. Kau memberiku nama itu agar aku menjadi wanita yang kuat. Terima kasih ibu, aku akan selalu cinta ibu sampai kapanpun.”
Setelah bergumam dalam hati, ia pun beranjak dari tempat duduknya, keluar dari kedai kopi.
------
-DI BELAHAN BUMI YANG LAIN-
“Tringgggg”, sebuah telepon genggam berdering di atas meja.
“Rizki, hape lo bunyi tuh !”, teriak seorang pria.
Rizki mengambil telepon genggamnya. Di lihat ada sebuah pesan singkat yang masuk ke inbox nya.
From : Azizah
Message
Ketika tiba saatnya aku tidak ingat siapa kamu, tetaplah percaya dan yakin bahwa aku masih mengenalmu, aku masih mencintaimu, kamu masih di hatiku. Dan selalu katakan padaku jika kamu bertemu aku, bahwa untuk membuat pelangi tidak cukup hanya dengan matahari, tapi juga hujan. Tetaplah mencintaiku. :)
with love.
PS: written by Ayex LM